"Selama ini Pemprov DKI hanya mengendalikan arus air," terangnya, Minggu, 21 Desember 2014.
Untuk mengatasi banjir, lanjutnya, perlu dilakukan secara struktural dan non struktural. Secara struktural dengan memperbaiki saluran drainase, pengerukan sungai dan situ, pembenahan pompa serta waduk.
Sedangkan secara non struktural, harus dilakukan law enforcement dengan pengetatan perijinan serta pembenahan tata ruang. Sayangnya, pendekatan secara struktural kerap terkendala dengan ketersediaan lahan serta kemampuan fiskal pemda sehingga persoalan banjir tidak pernah bisa tuntas.
Saat ini di Jabodetabek ada 224 situ yang 70 persennya tidak berfungsi. Melalui Ciliwung, kemanapuan Ibukota menampung air limpasan dari hulu maksimal 300 meter kubik per detik. Sedangkan jika merujuk pada banjir tahun 2007, debit air yang masuk mencapai 674 meter kubik per detik.
"Kalau ada situ maka air akan tertahan dan banjir bisa dikendalikan. Setidaknya, bisa menahan setengahnya lah," kata Firli, sapaan akrabnya.
Menurutnya, konsep smart tunnel yang bisa mengendalikan banjir dan sekaligus kemacetan di ibukota. Tunnel ini dibuat dibawah tanah dan mampu menampung air 250 meter kubik per detik.
Tunnel ini dipastikan tidak akan terkendala soal pengadaah lahan. Diakui memang, biaya pembuatan tunnel ini lebih besar daripada pembuatan waduk atau situ. Tapi, keuntungan secara sosialnya lebih besar karena tidak harus bersinggungan dengan pembebasan lahan dan kerugian akibat banjirnya pun bisa dikurangi.
"Itu bergantung pada kemauan pemerintah," katanya.
Ditegaskan, Jakarta tidak akan bisa sepenuhnya terbebas dari banjir. Namun hanya melakukan manajemen air yang baik saja yang bisa dilakukan dengan mengurangi tingkat resiko banjir.
Menurutnya, warga Jakarta juga tidak siap menghadapi banjir. Karena yang dilakukan pemprov saat ini belumlah tuntas.
"Saat ini musim hujan akan lebih besar akibat anomali cuaca yang sedang terjadi dimana-mana. Dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja," pungkasnya.
Senada dengan Firli, Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisaksi Yayat Supriatna menilai, kinerja Ahok dalam mengatasi banjir belum terlihat.
Yayat menjelaskan, beberapa waktu lalu, Ahok pernah memantau persiapan banjir.
"Hingga saat ini belum terlihat apa yang dikerjakannya dari hasil pemantauan tersebut," ujar Yayat, Minggu, 21 Desember 2014.
Salah satu yang dilakukan Ahok, yakni memantau pembuatan pintu air Manggarai dan Karet yang dinilai dapat mengendalikan banjir di aliran sungai Ciliwung. Begitu juga dengan sodetan sungai Ciliwung yand dilakukan di Jalan Otista dan persiapan pompa yang ada.
Menurut Yayat, semua hal itu hingga kini belum menghasilkan sesuatu yang pasti. [*]
0 Response to "[Belum Siap Atasi Banjir] Pengamat : Pemprov DKI Selama Ini Cuma Mengendalikan Arus Air"
Posting Komentar