Kenapa Butuh Waktu Lama untuk Mencari Objek Sebesar Pesawat?






Oleh Zulham Mubarak



SEARCH AND RESCUE. Pertanyaannya adalah: Kenapa butuh waktu lama untuk mencari objek sebesar pesawat? Seperti apa sih suasana pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue) di lokasi? Berikut pengalaman pribadi saya.



Senin 25 Oktober 2010 tsunami melanda Mentawai. 12 jam setelahnya, saya bertolak menuju ke Bandara Internasional Minangkabau, Padang, dari Cengkareng, Jakarta. Bermalam di Padang selama 8 Jam, paginya saya berebut tiket pesawat Susi Air jenis Cessna 204 Caravan berkapasitas 12 orang menuju bandara perintis Rokot. Dari sisi pulau yang tak berpenghuni di Bandara Perintis Rokot itu, saya menaiki kapal kayu kecil dengan mesin tempel selama 1 Jam ke Dermaga Sipora. Setelah menunggu beberapa jam saya berganti moda transportasi dengan kapal kayu berukuran agak besar dengan panjang sekitar 30 meter. Bersama belasan personil TNI dari Koramil setempat saya berada di laut lepas selama 12 jam menuju lokasi bencana di Selat Sikakap di perbatasan Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Hari itu hingga beberapa pekan setelahnya, saya indekos di Sikakap menjalani masa tanggap darurat bencana.



Berhari-hari di Selat Sikakap yang merupakan markas Tanggap Bencana, saya belajar banyak hal tentang SAR laut dan pantai. Kurang lebih H+2 pasca-tsunami di lokasi sudah terparkir 8 helikopter untuk SAR via udara. Armada itu antara lain: dua EC-120 Colibri milik PMI, dua Bell 412 milik Basarnas, 2 helikopter MI-17 TNI AD, Puma A-330 TNI AU, dan helikopter Polri. Selain itu, juga terparkir belasan speed boat dan kapal sedang untuk SAR laut. Dalam sehari saya bisa memilih hendak menumpang helikopter untuk SAR via udara atau, naik kapal untuk SAR laut. Hingga hari kesekian saya berada di Mentawai, semua moda SAR tersebut sudah saya coba satu persatu.



SAR di area laut dan pantai termasuk yang sulit dilakukan. Lokasi di dalam peta yang tampak seluas jempol, bisa jadi merupakan areal laut yang luasnya puluhan mil. Sedangkan medan SAR yang didominasi warna biru dan buih putih itu sering menyulitkan penglihatan karena cukup menyilaukan dan kadang terasa monoton.



Dalam SAR,helikopter atau pesawat memiliki beberapa metode. Antara lain, track line search yang dilakukan dengan menelusuri jalur penerbangan pesawat atau kapal (yang diduga tenggelam) dari titik keberangkatan hingga tujuan. Selain itu juga ada metode parallel line search alias menyisir suatu wilayah yang terakhir dideteksi sebelum hilang kontak. Heli atau pesawat akan terbang cukup rendah untuk melakukan pencarian. Pencarian dilakukan dengan mengandalkan kemampuan penglihatan personil dengan bantuan teropong. Satu-dua jam terbang barangkali kita masih bisa berkonsentrasi, tapi setelah berjam-jam terbang dan memelototi laut, maka mata akan mulai menangkap fatamorgana dan mulai tak bisa diandalkan.



Perairan kita memiliki problem sampah yang sering terapung bebas di laut. Beberapa kali pilot terbang rendah untuk memastikan apakah objek terapung tersebut mayat manusia, binatang, atau hanya sampah. Tapi lebih banyak, yang dari atas tampak seperti mayat, potongan tubuh, atau bahkan benda yang mengindikasikan petunjuk penting dalam proses SAR ternyata hanya beragam jenis sampah yang terapung.



Menyisir laut yang notabene selalu bergerak dan memindahkan objek terapung kesana-kemari merupakan pekerjaan yang menjemukan dan melelahkan. Ditambah bisingnya suara baling-baling atau mesin pesawat yang menurunkan konsentrasi. Dalam sehari, satu helikopter biasanya terbang maksimal 3 kali pulang balik untuk mengisi ulang avtur dan mengistirahatkan kru SAR.



Beberapa helikopter dan pesawat ada juga yang dilengkapi alat khusus untuk mendeteksi kotak hitam pesawat dan atau sinyal radio darurat. Ketika beroperasi di Mentawai alat tersebut sepertinya ada tapi tidak diaktifkan pada beberapa pesawat SAR.



Lalu bagaimana dengan SAR dengan kapal? Berkeliling di perairan dengan menggunakan kapal terutama pada musim penghujan merupakan pertaruhan tersendiri. Lazimnya, tim SAR menggunakan jasa nelayan lokal sebagai kru tambahan untuk mengantisipasi kendala alam dan untuk memahami karakteristik lautan setempat. Ketika berada di Mentawai (yang lautnya terkenal ganas dan berombak raksasa) kami dipandu oleh nelayan lokal untuk menganalisa cuaca dan memetakan gunung karang.



Kapal SAR memang dilengkapi alat canggih, tapi harus diakui faktor manusia dan pengalaman kadang sangat membantu tim. Sebab, tim SAR harus menjunjung tinggi keselamatan diri dan kru. Tim SAR datang untuk membantu, bukan justru menambah korban.



Berdasar pengalaman di Mentawai, hujan di perairan ternyata memiliki karakter sendiri-sendiri. Ada kalanya, hujan gerimis ringan justru membuat laut lebih tenang dan tidak seberapa berombak. Yang unik, bila ada garis putih di ujung cakrawala di perairan, maka menurut nelayan itu, sebaiknya tidak berlayar dulu karena ada potensi badai walaupun langit sedang cerah sekalipun.



Faktor cuaca kadang menyisakan persoalan tersendiri bagi tim SAR. Karena tim harus menunggu sampai cuaca membaik sebelum melanjutkan pencarian di perairan. Jadi, memang butuh waktu lama untuk menyisir perairan ketika melakukan SAR. Karena itu cukup masuk akal jika untuk mencari sebuah objek dibutuhkan waktu minimal satu minggu bahkan hingga 3 minggu.



Diantara tim SAR terdapat kapal yang selalu siap menerjang ombak dan badai yakni KRI milik TNI AL. Tapi, kendalanya, KRI biasanya diberangkatkan setelah diketahui benar objek apa yang akan dituju. Jadi mereka jarang diterjunkan untuk menyisir perairan tanpa tujuan pasti. Selain untuk efisiensi, hal tersebut juga untuk menjaga agar stamina personil KRI selalu prima. Sebab tugas mereka juga menyangkut pengamanan wilayah perairan. Tapi standar itu bisa berubah ketika ada komando agar KRI bergerak melakukan penyisiran spesifik, seperti misalnya pada pencarian pesawat jatuh atau kapal tenggelam dengan korban yang jumlahnya cukup banyak.



Sebuah catatan pengalaman pribadi, semoga bisa menambah informasi sembari berdoa agar pesawat Airasia QZ8501 bisa segera ditemukan….






0 Response to "Kenapa Butuh Waktu Lama untuk Mencari Objek Sebesar Pesawat?"

Posting Komentar