Badar Battle Field: Doa yang "Mengancam"





Beberapa kali melawat tanah suci, baru kali ini bisa mengunjungi Badar, kota kecil sekitar 150 km dari kota suci Madinah yang amat legendaris dengan kisah Perang Badar.



Ziarah kesana bisa dengan menyewa mobil, kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari Madinah atau 5 jam perjalanan PP termasuk waktu ziarah, makan siang dan perjalanan pulang. Jalan tol yang lebar dan mulus membelah pegunungan batu dan padang pasir yang panas dan terjal. Mirip perjalanan via tol cipularang Jakarta-Bandung yang berjarak sama dan sama-sama membelah pegunungan. Ada masjid besar disana untuk rehat sejenak dan shalat jamak zuhur dan ashar.



Umumnya travel haji & umroh di tanah air tidak menjadikan Badar sebagai destinasi ziarah di tanah suci karena alasan jarak yang jauh dan diluar rute standar Mekkah dan Madinah.



Demikian juga Pemerintah Arab Saudi tampaknya kurang menjadikannya destinasi wisata yang utama, terbukti dari minimnya promosi dan infrastruktur bagi kunjungan wisatawan. Jauh berbeda perlakuan terhadap destinasi lainnya semisal Jabal Uhud, Jabal Rahmah, Masjid Quba, dan apalagi terhadap Masjidil Haram dan Nabawi.



Padahal nilai sejarah Perang Badar sangat strategis. Kemenangan pada perang besar perdana pasukan Rasulullah Saw yang terjadi pada bulan Ramadhan tahun 2H amat menentukan penyebaran Islam berikutnya. Perang Badar ini juga banyak diberitakan dalam Alqur'an dan Hadits Nabi Saw dan oleh karenanya amat banyak pelajaran yang berharga.



Barangkali, bila umat Islam kalah dalam pertempuran Badar ini, Islam tidak akan menyebar jauh hingga ke seluruh dunia termasuk kita di Indonesia.



Perang Badar terjadi secara "tidak sengaja".



Beberapa tahun sebelum kejadian, kaum muslimin terpaksa harus hijrah dari Mekkah menuju Madinah. Tekanan demi tekanan dari penduduk Mekkah baik embargo ekonomi, perampasan, penyiksaan hingga pembunuhan. Perjalanan hijrah kaum muslimin pun tidaklah berjalan mulus. Hampir keseluruhan kaum muhajirin, harus rela keluar Makkah secara sembunyi-sembunyi, dengan meninggalkan seluruh harta kekayaannya, baik itu tanah, kebun, rumah, emas dan perhiasan. Banyak pula yang harus berpisah dengan sanak keluarganya dikarenakan perbedaan aqidah atau ditahan kaumnya. Suami meninggalkan anak istrinya, anak meninggalkan ayah ibunya, wanita menceraikan suami dan meninggalkan anaknya. Keteguhan memegang aqidah lebih utama dari kekerabatan dan bahkan keluarga sendiri.



Puncak dari tekanan kaum penyembah berhala Makkah ini adalah ketika mereka hendak membunuh Nabi Muhammad SAW. Sehingga Beliau pun dengan ditemani sahabatnya - Abu Bakr r.a harus berhijrah secara sembunyi-sembunyi. Seluruh harta yang ditinggalkan kaum Muslimin ketika itu, pada akhirnya digunakan kaum kafir sebagai modal kafilah dagang mereka.



Maka, ketika mendengar kafilah dagang petinggi Mekkah, Abu Sofyan, hendak kembali ke Makkah itu dari perjalanan dagang dari Syam, Rasulullah SAW berkehendak untuk mencegat dan merebut kembali sebagian harta kaum muslimin yang dirampas di Mekkah bersama 313 orang sahabatnya keluar dari Madinah, dengan persiapan ala kadarnya seperti 2 ekor kuda dan 70 ekor unta yang bergantian menungganginya. Melewati lembah tandus bukit-bukit berbatu terjal dan padang pasir nan panas sejauh 150 km.



Singkat cerita rencana tersebut bocor dan Abu Sufyan bergegas membelokkan jalur perjalanannya sekaligus memanggil bala bantuan miiter lengkap dari Mekkah sejumlah 1.300 orang dengan 100 kuda, 600 perisai dan onta yang banyak sekali sehingga tidak diketahui berapa jumlahnya.

Situasinya menjadi kritis.



Rasulullah Saw dan para sahabatnya tidak siap berhadapan dengan lawan tempur yang berjumlah jauh lebih banyak - 4 kali lipat jumlah pasukannya - dan bersenjata lengkap pula. Kritis karena selain di atas kertas peluang kalah amat besar, bahkan sebagian sahabat saking kecutnya seakan melihat ajal sudah di depan mata..(Al Anfal : 6).



Kekritisan berikutnya adalah bahwa pasukan Rasulullah Saw membawa seluruh sahabat terbaiknya, yang apabila kalah dan syahid, maka dakwah akan terancam "punah"... maka Rasulullah Saw berdoa amat penuh harap memohon pertolongan Allah swt, dengan salah satu doanya yang amat terkenal,



"Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam, tentulah Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi ini.."



Lalu Allah kabulkan doa Nabi Saw. Kemenangan bagi kaum muslimin. Wibawa ummat semakin kuat dan Islam sebagai rahmat alam semesta semakin mewarna dimana-mana..



Termasuk kita di Indonesia. Ribuan kilometer jauhnya. (pm)





Nugroho W.







0 Response to "Badar Battle Field: Doa yang "Mengancam""

Posting Komentar